Selasa, 17 November 2015
Mini Story 5 - The Prince
Written by : camarillo happy
Suasana rumah saat ini sedang cerah dan kedua orang tuaku saat ini sedang pergi, menjenguk saudara mereka. Seharusnya saat ini aku sendiri, tapi kenyataannya sekarang aku tidak sendiri. ada seseorang yang seharusnya aku melihatnya di TV atau di surat kabar tapi yang ada dia berada disini dan sangat dekat denganku saat ini.
Aku melihat seseorang yang ada disebelahku, seorang pria yang bertubuh tinggi, berbadan tegap, dan berambut pirang. Dia seperti pria muda yang biasa seperti biasanya tapi hanya satu saja yang berbeda.
"Pangeran William, saat ini anda sedang ditunggu oleh ibu suri untuk kembali ke istana windsor" seorang pria tegap memakai jas hitam dan kaca mata hitam.
"ya...ya... bentar lagi aku kesana. nenek kan masih lama di windsor. kalian pergi saja dulu" katanya dengan santai.
Kedua body guard itu pun pergi sambil melihat kearahku. Tatapan mereka seakan mengatakan kalau sang pangeran masih ingin berada lebih lama denganku. aku hanya terdiam, seharusnya sang pangeran seperti dia sepertinya kurang pantas berada didekatku bahkan datang ke rumahku yang menurutku rumahku ini sangat kecil untuk didatangi oleh seorang pangeran pewaris kerajaan inggris.
"Gak usah khawatir.... nenek tahu kok kalau aku datang mengunjungimu. bagaimana kalau nanti habis membicarakan masalah acara amal ini nanti kita berdua kesana"
"Aku???" God, aku ke istana windsor menemui ratu? pasti nanti dibidik lagi oleh paparazi di tengah jalan itu. rasanya belum selesai masalah kemarin ketika aku dipotret bersama dia ketika acara pesta kemarin itu sekarang harus dibidik oleh sekumpulan kamera lagi. rasanya aku tidak punya kehidupan privacy sama sekali. Tapi kalau melihat tatapan matanya yang dalam itu aku tidak kuasa menolak. seketika itu juga aku mengangguk perlahan.
Aku menjelaskan masalah acara amal yang nanti akan aku selenggarakan bersamanya, acara amal ini akan mengundang banyak donatur dimana akan ada peragaan busana, dan lain sebagainya. dimana hasilnya nanti akan diberikan kepada anak yatim dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. ketika aku menjelaskan hal itu, dia tampak duduk santai disebuah sofa sambil tersenyum kearahku.
"Ada apa?"
"Tidak.... kalau melihatmu begini, aku jadi teringat dengan pertemuan pertama kita dulu. apa kamu ingat?? waktu fashion show di acara amal itu kamu memakai pakaian yang sangat cantik, saat itu kamu betul-betul memikat. aku tidak bisa mengalihkan pandanganku"
Oh, acara itu? Aku betul-betul malu kalau mengingat hal itu. disaat itulah pertemuan pertamaku dengannya. saat itu aku sama sekali tidak menyadari kalau ada seorang pangeran di acara amal itu dan hal yang membuatku tidak percaya ternyata sang pangeran melihatku dan bahkan memujiku. diantara semua perempuan cantik yang ada dia lihat selama ini, kenapa aku yang harus ia pilih. aku ingin menanyakan masalah ini padanya.
"Will, boleh aku bertanya.... didunia ini banyak perempuan cantik melebihiku dan aku yakin mereka semua pasti ingin menjadi kekasihmu. tapi kenapa kamu memilihku?"
"Kamu ingin tahu jawabannya?" Tanyanya sambil tersenyum
Aku mengangguk perlahan.
"Aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku kembali lagi padamu... ingat tidak pas kita berpisah ketika itu? saat itu aku berpikir aku adalah pewaris tahta kerajaan inggris, masih banyak perempuan didunia ini yang pasti tertarik padaku. aku mencoba jalan dengan beberapa dari mereka, tapi pada akhirnya hubungan itu tidak pernah lama. Dan yang ada dikepalaku hanya ada dirimu dan ujungnya kita bersama lagi... apa itu yang namanya takdir?"
Mendengar hal itu aku rasanya betul-betul terharu. seorang pangeran kerajaan inggris mengatakan hal ini padaku. selama ini aku merasa bahwa cerita seperti cinderella itu adalah sebuah dongeng belaka yang tidak akan pernah terjadi. Tapi kenyataannya aku mengalami nasib yang sama dengan cinderella. Ah tidak... ada sedikit perbedaan Cinderella bertemu dengan sang pangeran di pesta dansa, dan kemudian mereka memutuskan untuk menikah. Sedangkan aku bertemu dengan dia di sebuah acara amal dan kemudian kami berkenalan dan menjalin hubungan putus nyambung selama 8 tahun. Selain itu sang pangeran menggunakan kuda putih dan kereta ketika menjemput cinderella. sedangkan aku... pangeranku ini menjemputku pake mobil limosinnya, kadang pake kuda, dan kadang.... Aku melihat ke jendela rumahku. Tampak ada sebuah helikopter ada di perkarangan rumahku. Sepertinya kehidupan sangat berbeda dengan cinderella. Tapi aku memiliki sebuah akhir yang sama dengan cinderella...
William mendekatiku dan membelai rambutku. aku menatap wajahnya yang indah itu.
"Sebentar lagi kau akan menjadi seorang putri, putri yang paling dicintai oleh rakyat. Siapkah kamu menemaniku mengurus kerajaan dan melindungi rakyat"
Dia mengatakannya sekali lagi. kalimat itu. selama aku jalan bersama dengannya aku tidak pernah menganggap dia seorang pangeran, aku menganggap dia sebagai kekasihku, ketika kami jalan bersama, berlibur bersama bahkan pesta bersama. kami merasa seperti pasangan biasa. tapi kini aku pun masih tidak percaya, pemuda yang aku pacari selama ini benar-benar seorang pangeran. saat itu aku merasa tertekan, betapa besar beban ini. tapi kini aku bisa melalui itu semua, aku sudah mulai terbiasa dengan itu semua.
"Ya.... Aku akan selalu menemanimu sampai kapanpun" jawabku. William pun memelukku.
Meski setelah ini akan ada banyak cobaan berat, meski setelah ini aku semakin akan disorot oleh banyak wartawan dan paparazi yang berusaha menguak rahasia dan privacy dan menyebar berita yang tidak benar tentangku dan banyak tekanan dan beban yang akan aku dapatkan sebagai seorang putri. Aku yakin aku akan bisa melaluinya, asal itu bersamamu. selamnya bersama pemuda yang akan menjadi suamiku, seorang pewaris kerajaan inggris. Pangeran William.
Tamat
cerita terinspirasi dari pangeran william dan kate middleton
image from be my princess - voltage
Senin, 16 November 2015
Mini Story 4 : The ugly Duck
written by : camarillo happy
Di sebuah ruangan tampak ada dua orang yang sedang sibuk latihan. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Mereka tetap giat berlatih. beberapa saat mereka berdua tampak sedang terdiam dan memegang script
masing-masing
"Besok kita ambil 5 scene, sekarang istirahatlah" Tasya menyuruh artisnya untuk segera istirahat karena dia tahu artisnya ini pasti akan sibuk dengan pemotretan majalah di Bali. Sedangkan artisnya, Berry hanya terdiam seakan ada sesuatu yang ingin dia katakan tapi dia masih ragu.
"Kenapa? Apa ada sesuatu?"
".....Sampai kapan kita terus diam-diam seperti ini"
"Kau ingin merusak karir mu sendiri. Kalau habis ini,
kita gak laku lagi di industri lagi gimana?"
"…………. Aku ingin menanyakan sesuatu. Sebenarnya apa
tujuanmu kerja dibidang ini?" Tanya Berry penasaran
"Aku mencintai pekerjaan ini dan aku juga tak ingin
ada orang yang bernasib sama sepertiku dulu"
"Memangnya apa yang terjadi dulu?"
"Sejak dulu Aku berbeda dengan kakak dan adikku yang
bersinar, dicintai siapa saja dan berprestasi pula. Sedangkan aku lebih sering
di rumah sakit daripada di taman bermain. Mungkin karena itu juga ada anak-anak
yang menindasku dan bersikap semena-mena karena aku pendiam, dan berbeda dengan
yang lainnya. Sebaik apapun aku saat itu mereka tetap kejam padaku, termasuk
dia… Aku ingin mengubah anak-anak muda
sekarang bersinar dan indah supaya mereka dicintai banyak orang dan tidak
mengalami hal yang sama denganku"
Berry terdiam. seakan dia menunggu kalimat Tasya yang berikutnya.
"Sekarang kamu mengerti kan? Sebaik apapun kita, sampai
kapanpun orang-orang pasti hanya akan menilai luarnya saja, tak perduli baik
ataupun tidak. Orang yang lemah dan tidak menarik akan ditindas, dan orang yang
menarik dan indah akan dicintai… karena itu..."
Berry memeluk Tasya dengan erat seakan dia tidak ingin melepaskan pelukannya. Tasya yang awalnya ingin menahan tangisnya akhirnya dia lepaskan juga. luka yang selama ini ia pendam akhirnya dia tumpahkan saat ini, di pelukan orang yang paling ia sayangi. artisnya juga kekasihnya...
"Sudah cukup, aku sudah mengerti. Sejak dulu aku tahu
bahwa kamu orang yang baik…..aku tahu semuanya…. Aku berbeda dengan orang yang menyakitimu. Aku
selalu ada disisimu. sampai kapanpun. selamanya...." kata-kata Berry yang lembut membuat Tasya merasa tenang, bahagia. semoga dia akan selalu berada didalam dekapan ini. sebagai seorang wanita, bisa berada diperhatikan dan didekap oleh pria yang paling dia cintai adalah sebuah kebahagiaan. Tasya yakin bahwa mereka akan selalu bersama. dia akan selalu bersama anak angsa yang indah ini bersama dengan dia selamanya.
Tamat
(image from voltage - our two bed room story)
Mini Fiksi Story 3 - Addicted
Written by : Camarillo Happy
Beni tampak keluar dari mobilnya, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Kantor pun tampak sepi, tidak ada siapapun di kantor ini. Tapi dia yakin pasti ada seseorang yang berada di ruangan itu. Benni membuka pintunya dan tampak ada seorang perempuan yang sedang sibuk mengetik di layar laptopnya. Beni menarik nafas panjang. Dia pun mendekati perempuan yang tampak begitu serius dengan laptopnya.
"Masih sibuk seperti biasanya?" Tanyanya sambil melipat tangannya didada
"Enggak kok, ini juga bentar lagi selesai. lihat... saham Adaro sedang naik. padahal kemarin sempat turun... kalau begini pasti keuntungan bakal naik"
Tanpa basa-basi lagi, Beni segera menutup laptop Tania sampai Tania terdiam. Tania melihat ke arah Beni yang kelihatannya kesal.
"Tahu sekarang jam berapa?" Tanya Beni sambil menaikkan alisnya.
"masih jam 9 kan? Eh, sekarang udah jam 12 ya?" Tania melihat jam di dinding kantornya.
"besok kita ada meeting dengan investor Bahtera Energy jam 9 pagi dan sekarang kamu masih sibuk dengan laptopmu"
"Aku masih tahan bekerja kalau jam segini, lagipula bentar lagi aku pulang kok. kamu terlalu khawatir deh..." Tania berusaha untuk mengangkat layar monitor laptopnya lagi tapi Beni masih tetap menahannya dengan tangannya.
"Aku tidak mau kamu sakit.... bagaimanapun jam kerjamu sudah keterlaluan. aku tidak bisa diam saja... "
Tania sesaat terdiam. dia tahu kekasihnya ini dan juga rekan kerjanya ini sangat memperhatikannya. dia menyadari kalau dirinya adalah seorang workaholic tapi dia tidak bisa menahan hasrat bekerja itu. lagipula ada alasan yang membuat dia jadi seperti ini.
".... Dulu, aku pernah menganggap aneh salah seorang boss di perusahaanku dulu. Dia sangat maniak bekerja, kadang pulang meeting jam 2 pagi dan dia sampai rumah jam 4 pagi. Dan harus berangkat kantor lagi jam 7. rasanya dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja, dia tidak punya kehidupan lain selain bekerja. tapi sekarang aku tahu apa alasannya"
Beni tetap terdiam dan dia ingin mendengar apa yang ingin kekasihnya ini jelaskan.
"Kalau dia tidak bekerja, bagaimana nasib bawahannya, keluarganya... juga dirinya. sebagai atasan, dia adalah pion utama yang membawa bisnis perusahaannya berjalan, dialah yang sebenarnya bisa menafkahi bawahannya bersama keluarganya..."
Tania mengambil sebuah botol air mineral yang tergeletak di atas meja kantornya dan meminumnya.
"Kadang aku juga berpikir.... kalau aku tidak bekerja, kalau aku tidak mendapatkan uang dan kedudukan. apa masih ada orang-orang yang masih mau berhubungan denganku? mungkin kamu juga tidak mau berdekatan denganku"
"........ kalau aku memilih seseorang hanya dari segi harta, aku bisa saja mencari wanita lain yang jauh lebih kaya darimu. Aku memilihmu bukan karena hal itu" Beni mendekat dan dia duduk disebelah Tania.
Tania sedikit merasa bersalah telah berkata seperti itu. Tentu saja bukan alasan itu Beni mau bersamanya, dasar bodoh! kenapa dia bisa-bisanya sempat berprasangka begitu pada kekasihnya sendiri yang dimana disaat senang dan susah mereka selalu bersama. selalu.... Aku tidak ingin kehilanganmu, sama sekali tidak. aku sudah kehilangan orang tua ku dan keluarganya sudah jauh darinya. hanya Beni lah satu-satunya sandaran baginya. hanya dia...
"sepertinya aku tahu alasan kenapa aku jadi gila kerjanya seperti ini. yang pertama agar aku bisa melupakan kepedihan ditinggal orang tuaku dan sejak itu entah sejak kapan lama kelamaan aku jadi semakin gila bekerja, apalagi dengan tambahan banyakan order dari client. Disaat aku berada di puncak, aku takut kehilangan harta, kedudukan dan hal yang paling aku takut adalah aku takut kehilangan dirimu..." Tania menatap Beni dengan tatapan dalam, sebenarnya dia ingin menangis tapi dia tahan.
"............. aku juga sama. aku takut kehilanganmu.... aku mengkhawatirkan kesehatanmu. kalau kamu sakit, aku pasti sedih.... jangan semua beban karyawan dan perusahan ini kamu tanggung sendiri. ada aku bersamamu" Beni menyandarkan kepalanya di bahu Tania. Tania lemah dengan tatapan lembut kekasihnya ini. dia jadi semakin mencintainya.
Ya.... apapun kendala yang akan mereka hadapi, mereka pasti akan menghadapinya bersama. Aku ingin menghadapi dunia yang terkadang kejam ini bersamamu. selalu....disaat senang dan sedih selalu bersama. selalu...
Tamat
(image from voltage: scandal in the spotlight)
Minggu, 15 November 2015
Mini Fiksi Story 2 : Emergency Love
Di sebuah rumah sakit spesialis paru-paru terbesar, tampak ada seorang dokter muda perempuan yang sibuk mondar-mandir di ruang IGD melayani pasien yang terus berdatangan. Disa adalah dokter magang untuk bagian IGD dan hampir setiap hari dia melayani pasien gawat darurat.
"Dokter Disa... apa bisa mengantarkan file dan rontgen paru ini ke dokter Sei? ini ada pasien dokter Sei"
"Baik" Uh kenapa harus aku? Dan kenapa harus Dokter Sei?
Dokter Seiri Adrian adalah dokter idola di rumah sakit ini. selain dia masih muda, dia tampan, cerdas, telaten dalam menangani pasien selain itu dia sangat menarik. Banyak pasien, suster dan dokter-dokter yang dia tolak cinta mereka. Kalau boleh jujur aku juga termasuk salah satu dari mereka, aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada dokter sei, sejak dia menangani pasien dengan sangat baik di IGD, sejak itu juga aku suka padanya. tapi aku tahu diri, aku berusaha memendam rasa itu dan jangan sampai rasa ini semakin membesar dan jangan sampai dia tahu.
Disa akhirnya berada didepan ruangan dokter Sei, dia menarik nafas panjang dan kemudian mengetuk pintu ruangan dokter Sei.
Dokter Sei tampak serius melihat hasil rontgen thorax pasiennya.
"Hmm... kondisinya semakin parah, Kankernya makin menyebar.. tapi ini tampaknya masih bisa diatasi"
Oh God, dia memang tampan sekali. kalau saja dia adalah pacar atau tunanganku, pasti aku udah langsung memeluknya dan menciumnya. Astaga, apa yang aku pikirkan disaat-saat seperti ini? Dasar bodoh, lagipula hal itu tidak akan pernah terjadi!!!
"Instruksikan suster Mei, untuk memasang selang oksigen, menyuntikan antibiotik dan antarkan pasien ini ke ruang perawatan segera"
"baik dok..." Disa segera menelpon suster Mei.
Disa diajak untuk minum teh dengan dokter Sei di ruangannya. tentu saja Disa tidak melewatkan kesempatan ini, kapan lagi bisa ada moment seperti ini. Pasti dokter dan suster yang lain iri padanya. lagipula shift Disa sudah selesai dan dokter Sei lagi istirahat makan siang. Tiba-tiba ada sebuah pertanyaan dimana Disa ingin menanyakan kepada dokter Sei sejak dulu.
"Dokter Sei... Dokter kenapa memutuskan untuk jadi dokter spesialis paru?"
"Oh, dulu ada seseorang yang penting bagiku, dia sakit asma yang parah dan kemudian dia tidak ada di dunia ini. sejak itu aku memutuskan untuk jadi dokter spesialis paru"
"seseorang yang penting itu saudara atau...." Belum selesai kalimat Disa dan tiba-tiba dia merasa ada sebuah tangan yang merangkul bahunya.
"bagaimana denganmu?" Tanya dokter Sei dengan senyumannya yang menggoda
"Aku? Aku... ya karna ayahku adalah dokter spesialis paru juga. la-lalu aku juga merasa punya panggilan untuk merawat pasien yang sakit paru... ka.. karna itu"
"kau mau hidup bersama denganku. kita akan merawat dan menolong pasien-pasien ini selamanya?" Tanya dokter Sei yang dia semakin mendekatkan wajahnya ke Disa
"Aku..." Tidak maungkin aku pasti bermimpi. Iya ini pasti mimpi. tidak mungkin dokter Sei yang idola itu mengatakan hal ini padaku. dan melakukan hal seperti ini. rangkulan di bahu dan pegangan tangan. aku tidak mungkin menolak kalau seandainya dia mememluk atau menciumku karna aku... mencintainya...
Begitu Disa menutup mata. entah kenapa tidak terjadi apa-apa. Disa membuka matanya dan tampak Dokter sei melepaskan rangkulan dan tangannya.
"Maaf saya cuman bercanda, kembalilah ke ruanganmu.." kata dokter Sei dingin
".... Baik.... kalau begitu saya permisi" Disa segera bergegas pergi dari ruangan itu.
Kenapa? Kenapa? Apa maksud Dokter Sei barusan? Apa dia cuman mau mempermainkan dirinya saja? Padahal Disa serius padanya. kalau dia memang cuman main-main, lalu perasaan cintaku ini harus dikemankan? Aku harus bagaimana?
Dokter Sei hanya menarik nafas panjang dan sesaat dia memikirkan kekasihnya yang dulu telah meninggal. apa aku bisa melupakanmu dan mencari penggantimu?
Tamat
written by : camarillo happy
(Image from kiss revenge - voltage)
Dream that You wish - Mini fiksi story
Suara mesin mobil membuat Anna terbangun jam sudah
menunjukkan pukul 1 malam. Dia melihat jendela mobilnya, sebentar lagi sudah
sampai di apartemen. Begitu sampai lobby dia masuk kedalam apartemennya dan
masuk menggunakan kunci biasanya.
Anna melihat sesaat ke salah satu ruangan di apartemen dan
dia melihat ada artisnya tidur dengan nyenyak begitupula dengan manajer dan
assistennya yang tampak tidur di ruang tamu. Anna menarik nafas panjang, dia
mengambil sebuah mug dan membuat sebuah coklat panas. Dia meminum coklat panas
itu sambil melihat pemandangan di jendela apartemennya. Dari sini tampak ada
billboard besar dan ada wajah Divo yang sedang memegang HP.
“yah lumayan juga hasilnya….. seperti harapanku” Anna meminum minuman coklatnya sambil terus melihat pemandangan kota. Dia terdiam sesaat. Dia menyadari dia sudah menjadi bagian dari orang dewasa yang ada di kota metropolis ini. Dia sudah menjadi wanita yang gila kerja dan menjadi bagian dari kumpulan orang-orang dewasa di kota ini, di apartemen ini. Sesaat flashback pun berada di dalam pikirannya, dia teringat akan kenangan di masa lalu.
“Ibu… kenapa orang yang aku temui ini bodoh dan menyebalkan”
“Kenapa? Memangnya ada yang jahat sama kamu”
“Tidak, aku betul-betul kecewa sekali. Pria yang aku sukai ini udah jelek, bodoh, gak ada duit, sifat jelek pula. Seharusnya tidak begitu, seandainya saja bisa merubah orang jadi lebih indah seperti di buku cerita dan komik yang aku baca selama ini pasti dunia ini lebih indah ya kan? seperti di film ini, aku ingin membuat orang-orang itu lebih indah lagi”
“……….. kamu mau mewujudkannya?”
“aku? Tapi aku apa bisa?”
“nanti kalau sudah besar, pasti bisa. Membuat karya dan membuat orang-orang lebih indah dan memperlihatkannya ke banyak orang. Ibu pasti akan melihatnya…” jawab ibu sambil tersenyum mengelus dahi Anna yang saat itu masih berusia 12 tahun.
Anna merasa yakin akan kata-kata ibunya. Pasti suatu hari
terwujud, Anna tampak sibuk menulis, dan mengetik di computer di sela-sela
waktu belajarnya, membaca buku, menonton tv. Sambil terus mengulang kalimat
ibunya didalam hatinya, suatu hari pasti akan tercapai, dan ibu akan
melihatnya. Suatu hari… terlihat saat ibunya sakit keras dan koma. Dan ada
makam ibunya.
Anna menangis mengingat hal itu. Ibu belum melihatnya apa yang
aku lakukan saat ini. Tapi betul juga aku sudah dewasa sekarang dan apa yang
kuinginkan sudah menjadi kenyataan. Setelah ini apa yang harus aku lakukan.
Uhh.. tiba-tiba dadanya terasa nyeri…. Kenapa? Anna segera meminum obatnya.
Tidak… aku harus sehat, kalau tidak bagaimana nasib mereka? Tidak lama kemudian
dadanya kembali lega. Syukurlah…
Terdengar suara HP, Anna menerima panggilan itu.
“Mbak… gimana si Divo udah bangun? Set di lokasi udah beres nih”
“Belum dia masih tidur. Bentar lagi gue bangunin”
“Cepetan mbak… kan mau ambil scene sunset, ini dari yang lo tulis lo. Gimana sih? Ini scene terakhir kan abis itu wrap”
“Iya tahu gue, berisik lo ah. Sebelum jam 5 gue sama dia udah sampai sana. Dia kayaknya baru tidur 3 jam gara-gara pengambilan gambar di Kemang. Ya udah sampai ketemu disana”
Anna segera menuju ke kamar Divo yang sedang tampak tidur
pulas. Di kamar terdapat banyak hadiah-hadiah yang dikirim oleh fans ceweknya,
ada kertas-kertas surat berceceran, bertuliskan love emoticon senyum dan lain
sebagainya. Anna geleng-geleng kepala, ini apalagi boneka teddy bear gede
begini ada disini. Hmm… ada parfum bvlgari? Ada juga yang ngasih ini, lah ini
ada jam Rolex. Anna melihat dari siapa jam ini berasal. Hah? Dari ibu Lusiana,
istri dari presdir Kakyo Group. Aduh… belum selesai kaget Anna terdengar suara
HP, Anna segera melihatnya. Ibu Lusiana nelpon di jam segini. Anna menolak
panggilan itu dan melihat isi whats up. Semuanya nanya apa kabar Divo, ngajak
Divo ke resort di bali. Tapi Divo gak ada membalas. Aduh ampun ini anak… kalau
gak diawasin bisa bahaya. Anna segera narik selimut Divo sampai Divo mau gak
mau membuka mata.
“Ada apa sih?”
“Bangun!! Bentar lagi ambil scene terakhir”
“Harus sekarang?” Divo rebahan sambil melipat tangannya diatas tempat tidurnya. Wajahnya terlihat males, melas, ngambek gak jelas lagi.
“Harus, cepat bangun!!”
Divo bangun dengan males-malesan. Dia mengambil Hp-nya dan
melihat update terbaru di hpnya.
“ini, ibu Lusiana lagi. Aku sudah coba menghindar tapi dia masih aja deketin”
“Divo, lebih baik kamu cepat cari pacar. Status single mu itu bikin orang-orang jadi tambah ngejar-ngejar. Masalah ibu lusiana atau istri-istri pembesar lainnya, bisa kamu tegaskan kalau kamu tidak bisa ikut acara mereka dan lain sebagainya. Apapun alasannya hal yang diluar kerja, kamu aja langsung bilang enggak”
Divo mengangguk perlahan. Tampaknya dia sudah tidak bisa sabar lagi, dia langsung memasukkan nomor istri para pembesar kedalam kontak black list. Anna sedikit berdecak kagum, padahal divo saat ini butuh uang yang banyak karena ibunya sakit ginjal dan harus rutin cuci darah. Kalau anak ini belum ketemu denganku, apa dia bisa membiayai ibunya, apa dia bisa menjadi manusia yang berguna?
Dia tiba-tiba teringat dengan kata-kata ibunya “pasti akan terwujudkan cita-cita kamu nanti, kamu akan merubah nasib orang-orang jadi lebih baik dan menjadi orang yang berguna. Bukankah itu cita-cita yang mulia?” aku… apa ini memang ini yang aku inginkan. Apa ini adalah nasibku, ibu?
Mereka pun keluar dari shangrila residence bersama manajer
dan asisten Divo. Divo sesaat melihat kearah Anna.
“katanya kemarin kamu medical check up? Gimana hasilnya?” Tanya Divo sambil menatap Anna
“hasilnya ya lumayan bagus….” bohong… sebenarnya ada sesuatu dengan jantungku, tapi tidak mungkin aku katakan. Bagaimanapun ini adalah saat-saat terpenting bagiku dan juga anak-anak.
“tidak ada satupun yang terjadi sesuatu kan. kau harusnya mengambil liburan dan istirahat”
“divo… ini adalah saat-saat yang penting buatmu dan juga kita semua. tenanglah aku tidak akan mati sampai kalian semua mandiri… aku masih muda kan, aku belum menginjak usia 40”
“…………… kalau terjadi sesuatu padamu aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Kau terlalu memforsir tenagamu untuk kita semua”
“dengar aku sudah pernah berjanji dengan almarhum ibuku, aku bekerja keras untuk mencapai cita-citaku, aku sangat mencintai pekerjaan ini. Bukannya kamu tahu, selama kita hidup ini kita harus bekerja keras dan berdoa bersama sampai hari kita semua tiba ya kan?”
Mereka berdua terdiam, manajer dan asisten divo dibelakang
hanya pura-pura tertidur tapi mereka mendengar kalimat mereka berdua. Betul ini
adalah saat yang paling penting untuk kita semua. Keinginan kita semua pasti akan terwujud suatu saat nanti. pasti....
Tamat
written by : camarillo happy
(Gambar: Be my princess - Voltage)
Langganan:
Postingan (Atom)