Minggu, 15 November 2015

Dream that You wish - Mini fiksi story

Suara mesin mobil membuat Anna terbangun jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Dia melihat jendela mobilnya, sebentar lagi sudah sampai di apartemen. Begitu sampai lobby dia masuk kedalam apartemennya dan masuk menggunakan kunci biasanya.
Anna melihat sesaat ke salah satu ruangan di apartemen dan dia melihat ada artisnya tidur dengan nyenyak begitupula dengan manajer dan assistennya yang tampak tidur di ruang tamu. Anna menarik nafas panjang, dia mengambil sebuah mug dan membuat sebuah coklat panas. Dia meminum coklat panas itu sambil melihat pemandangan di jendela apartemennya. Dari sini tampak ada billboard besar dan ada wajah Divo yang sedang memegang HP.

“yah lumayan juga hasilnya….. seperti harapanku” Anna meminum minuman coklatnya sambil terus melihat pemandangan kota. Dia terdiam sesaat. Dia menyadari dia sudah menjadi bagian dari orang dewasa yang ada di kota metropolis ini. Dia sudah menjadi wanita yang gila kerja dan menjadi bagian dari kumpulan orang-orang dewasa di kota ini, di apartemen ini. Sesaat flashback pun berada di dalam pikirannya, dia teringat akan kenangan di masa lalu.

“Ibu… kenapa orang yang aku temui ini bodoh dan menyebalkan”

“Kenapa? Memangnya ada yang jahat sama kamu”

“Tidak, aku betul-betul kecewa sekali. Pria yang aku sukai ini udah jelek, bodoh, gak ada duit, sifat jelek pula. Seharusnya tidak begitu, seandainya saja bisa merubah orang jadi lebih indah seperti di buku cerita dan komik yang aku baca selama ini pasti dunia ini lebih indah ya kan? seperti di film ini, aku ingin membuat orang-orang itu lebih indah lagi”

“……….. kamu mau mewujudkannya?”

“aku? Tapi aku apa bisa?”

“nanti kalau sudah besar, pasti bisa. Membuat karya dan membuat orang-orang lebih indah dan memperlihatkannya ke banyak orang. Ibu pasti akan melihatnya…” jawab ibu sambil tersenyum mengelus dahi Anna yang saat itu masih berusia 12 tahun.
Anna merasa yakin akan kata-kata ibunya. Pasti suatu hari terwujud, Anna tampak sibuk menulis, dan mengetik di computer di sela-sela waktu belajarnya, membaca buku, menonton tv. Sambil terus mengulang kalimat ibunya didalam hatinya, suatu hari pasti akan tercapai, dan ibu akan melihatnya. Suatu hari… terlihat saat ibunya sakit keras dan koma. Dan ada makam ibunya.
Anna menangis mengingat hal itu. Ibu belum melihatnya apa yang aku lakukan saat ini. Tapi betul juga aku sudah dewasa sekarang dan apa yang kuinginkan sudah menjadi kenyataan. Setelah ini apa yang harus aku lakukan. Uhh.. tiba-tiba dadanya terasa nyeri…. Kenapa? Anna segera meminum obatnya. Tidak… aku harus sehat, kalau tidak bagaimana nasib mereka? Tidak lama kemudian dadanya kembali lega. Syukurlah…
Terdengar suara HP, Anna menerima panggilan itu.

“Mbak… gimana si Divo udah bangun? Set di lokasi udah beres nih”

“Belum dia masih tidur. Bentar lagi gue bangunin”

“Cepetan mbak… kan mau ambil scene sunset, ini dari yang lo tulis lo. Gimana sih? Ini scene terakhir kan abis itu wrap”

“Iya tahu gue, berisik lo ah. Sebelum jam 5 gue sama dia udah sampai sana. Dia kayaknya baru tidur 3 jam gara-gara pengambilan gambar di Kemang. Ya udah sampai ketemu disana”
Anna segera menuju ke kamar Divo yang sedang tampak tidur pulas. Di kamar terdapat banyak hadiah-hadiah yang dikirim oleh fans ceweknya, ada kertas-kertas surat berceceran, bertuliskan love emoticon senyum dan lain sebagainya. Anna geleng-geleng kepala, ini apalagi boneka teddy bear gede begini ada disini. Hmm… ada parfum bvlgari? Ada juga yang ngasih ini, lah ini ada jam Rolex. Anna melihat dari siapa jam ini berasal. Hah? Dari ibu Lusiana, istri dari presdir Kakyo Group. Aduh… belum selesai kaget Anna terdengar suara HP, Anna segera melihatnya. Ibu Lusiana nelpon di jam segini. Anna menolak panggilan itu dan melihat isi whats up. Semuanya nanya apa kabar Divo, ngajak Divo ke resort di bali. Tapi Divo gak ada membalas. Aduh ampun ini anak… kalau gak diawasin bisa bahaya. Anna segera narik selimut Divo sampai Divo mau gak mau membuka mata.

“Ada apa sih?”

“Bangun!! Bentar lagi ambil scene terakhir”

“Harus sekarang?” Divo rebahan sambil melipat tangannya diatas tempat tidurnya. Wajahnya terlihat males, melas, ngambek gak jelas lagi.

“Harus, cepat bangun!!”
Divo bangun dengan males-malesan. Dia mengambil Hp-nya dan melihat update terbaru di hpnya.

“ini, ibu Lusiana lagi. Aku sudah coba menghindar tapi dia masih aja deketin”

“Divo, lebih baik kamu cepat cari pacar. Status single mu itu bikin orang-orang jadi tambah ngejar-ngejar. Masalah ibu lusiana atau istri-istri pembesar lainnya, bisa kamu tegaskan kalau kamu tidak bisa ikut acara mereka dan lain sebagainya. Apapun alasannya hal yang diluar kerja, kamu aja langsung bilang enggak”

Divo mengangguk perlahan. Tampaknya dia sudah tidak bisa sabar lagi, dia langsung memasukkan nomor istri para pembesar kedalam kontak black list. Anna sedikit berdecak kagum, padahal divo saat ini butuh uang yang banyak karena ibunya sakit ginjal dan harus rutin cuci darah. Kalau anak ini belum ketemu denganku, apa dia bisa membiayai ibunya, apa dia bisa menjadi manusia yang berguna?

Dia tiba-tiba teringat dengan kata-kata ibunya “pasti akan terwujudkan cita-cita kamu nanti, kamu akan merubah nasib orang-orang jadi lebih baik dan menjadi orang yang berguna. Bukankah itu cita-cita yang mulia?” aku… apa ini memang ini yang aku inginkan. Apa ini adalah nasibku, ibu?
Mereka pun keluar dari shangrila residence bersama manajer dan asisten Divo. Divo sesaat melihat kearah Anna.

“katanya kemarin kamu medical check up? Gimana hasilnya?” Tanya Divo sambil menatap Anna

“hasilnya ya lumayan bagus….” bohong… sebenarnya ada sesuatu dengan jantungku, tapi tidak mungkin aku katakan. Bagaimanapun ini adalah saat-saat terpenting bagiku dan juga anak-anak.

“tidak ada satupun yang terjadi sesuatu kan. kau harusnya mengambil liburan dan istirahat”

“divo… ini adalah saat-saat yang penting buatmu dan juga kita semua. tenanglah aku tidak akan mati sampai kalian semua mandiri… aku masih muda kan, aku belum menginjak usia 40”

“…………… kalau terjadi sesuatu padamu aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Kau terlalu memforsir tenagamu untuk kita semua”

“dengar aku sudah pernah berjanji dengan almarhum ibuku, aku bekerja keras untuk mencapai cita-citaku, aku sangat mencintai pekerjaan ini. Bukannya kamu tahu, selama kita hidup ini kita harus bekerja keras dan berdoa bersama sampai hari kita semua tiba ya kan?”
Mereka berdua terdiam, manajer dan asisten divo dibelakang hanya pura-pura tertidur tapi mereka mendengar kalimat mereka berdua. Betul ini adalah saat yang paling penting untuk kita semua. Keinginan kita semua pasti akan terwujud suatu saat nanti. pasti....

Tamat

written by : camarillo happy

(Gambar: Be my princess - Voltage)

Tidak ada komentar: